Waspada Bencana di Pulau Jawa

Sejumlah wilayah di pulau Jawa mengalami cuaca ekstrem sejak pekan lalu hingga saat ini. Beberapa daerah seperti di Pacitan, Yogyakarta, Magetan, Cilacap Banyumas, hingga wilayah Jawa Barat dan Banten menjadi wilayah yang paling terkena dampak cuaca ekstrem tersebut.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejak pekan lalu telah meminta masyarakat untuk bersiaga menghadapi cuaca ekstrem ini. BMKG mendeteksi siklon tropis, yang dinamakan "cempaka' tumbuh sangat dekat dengan pesisir selatan Pulau Jawa.

"Siklon tropis Cempaka lahir, siaga cuaca ekstrem tiga hari ke depan," ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG R Mulyono Rahadi Prabowo kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa, 28 November 2017.

Adanya siklon tropis Cempaka di wilayah perairan sebelah Selatan Jawa Tengah mengakibatkan perubahan pola cuaca di sekitar lintasannya. Dampak yang ditimbulkan adanya siklon tropis Cempaka berupa potensi hujan di sejumlah daerah di Pulau Jawa.

"Potensi hujan lebat di wilayah Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur," ujar Mulyono.

Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan Siklon tropis Cempaka ini, kata Sutopo akan luruh pada 2 Desember 2017.

"Dampak siklon per 29/11/2017 pagi 19 orang tewas, ribuan rumah terendam banjir dan kerusakan lainnya. Waspadalah," tandas Sutopo.

BMKG memperingatkan munculnya pusat tekanan rendah Badai Cempaka di Samudera Hindia selatan Jawa.

Pusat tekanan rendah ini memicu munculnya gelombang tinggi dan berpotensi menyebabkan cuaca ekstrem, terutama di Pulau Jawa bagian selatan, terutama di Kabupaten Banyumas, Cilacap, dan Kebumen, Jawa Tengah.

Prakirawan BMKG Pos Pengamatan Cilacap, Rendy Krisnawan mengatakan, gelombang di perairan Samudra Hindia berpotensi mencapai 2,5-4 meter di perairan lepas. Sementara, di perairan pantai, ombak berpotensi setinggi 2 meter.

Dia mengimbau agar nelayan perahu kecil lebih waspada dan dan tak berlayar melebihi 5 mil laut. Dengan begitu, saat muncul gelombang tinggi, nelayan bisa memacu perahu ke arah pantai dan terhindar dari bencana.

Banjir, Longsor dan Badai

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho melansir lokasi bencana di selatan pulau Jawa.

Badai Cempaka berada sekitar 32 km sebelah selatan-tenggara Pacitan Provinsi Jawa Timur dengan kekuatan 65 km per jam.

Data sementara yang dihimpun Posko BNPB, bencana terjadi di Kabupaten Situbondo, Sidoarjo, Pacitan, Wonogiri, Ponorogo, Serang, Sukabumi, Purworejo, Tulungagung, Semarang, Klaten, Malang, Wonosobo, Klungkung, Kota Yogyakarta, Gunung Kidul, Kulon Progo, Sleman, Bantul, Kudus, dan Sukoharjo.

Pacitan sebagai lokasi yang paling dekat dengan Badai Cempaka mengawali bencana dengan hujan lebat sehingga menimbulkan banjir dan longsor pada Selasa, 28 November 2017 dini hari. Sungai-sungai meluap menyebabkan ribuan rumah terendam banjir.

Banjir meluas terjadi 13 desa di 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Pacitan (Desa Sirnoboyo, Desa Sukoharjo, Desa Kayen, Desa Kembang, Desa Ploso, Desa Arjowinangun, Desa Sidoharjo), Kecamatan Kebon Agung (Desa Purworejo, Desa Banjarjo, Desa Kebon Agung), dan Kecamatan Arjosari (Desa Pagutan, Desa Jatimalang, Desa Arjosari). Jalan lintas selatan lumpuh total.

Akibat cuaca ekstrem, banjir, longsor dan puting beliung juga melanda wilayah di DI Yogyakarta.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan cuaca ekstrem yang dipicu siklon tropis cempaka selama dua hari mengakibatkan 114 titik bencana di lima kabupaten/kota di DIY.

"Sebanyak 114 titik bencana itu terdiri atas bencana banjir, longsor, dan angin kencang," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta (BPBD DIY) Krido Suprayitno saat ditemui di Kantor Pusdalops BPBD DIY, Selasa malam 28 November 2017, dilansir Antara.

Krido mengatakan dari 114 titik itu, yang paling mendominasi adalah bencana angin kencang sebanyak 68 titik yang tersebar di Kabupaten Bantul yang teridentifikasi di 32 titik, Kulon Progo 12 titik, Gunung Kidul 28 titik, dan Kabupaten Sleman 12 titik.

Sedangkan bencana banjir terdapat di 29 titik dengan jumlah dominan di Kabupaten Gunung Kidul yang mencapai 20 titik dan 9 titik lainnya tersebar merata di kabupaten lainnya.

Krido menilai fenomena banjir yang dominan di Gunung Kidul selain disebabkan banyaknya cekungan, hal itu terjadi karena curah hujan di kabupaten itu tercatat mencapai 200 mili meter (mm) per hari atau lebih tinggi dari curah hujan di kabupaten lainnya.

"Ini fenomena yang tidak pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya karena Gunung Kidul biasanya terkenal sering dilanda kekeringan," kata dia.


Pelabuhan Merak Tutup

Cuaca buruk yang terjadi selama sepekan ini berdampak besar pada aktivitas penyerengan di sejumlah pelabuhan. Akibat cuaca ekstrem ini, PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Indonesia Ferry (ASDP Indonesia Ferry) sempat menutup sementara seluruh aktivitas penyeberangan di Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Banten. Sebab, tinggi gelombang laut bisa membahayakan penyeberangan di tengah Selat Sunda.

"Kami mohon pengertian kepada seluruh pengguna jasa penyeberangan Merak-Bakauheni, karena cuaca di Merak sangat ekstrem," ucap Intan Sugiharti selaku Pelaksana Tugas (Plt) Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry, Kamis (30/11/2017).

Karena ketinggian gelombang di Selat Sunda mencapai lima meter dengan kecepatan angin mencapai 45 knot, maka Pelabuhan Merak belum bisa dipastikan kapan akan dibuka kembali.

"Keputusan penutupan diambil berdasarkan rapat bersama antara PT ASDP Ferry Indonesia, Gapasdap, Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) dan KSOP Merak," jelasnya.

Tak Hanya membuat tutup pelabuhan, cuaca ekstrem berpengaruh negatif terhadap perekonomian didaerah.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas menyatakan, dalam peristiwa angin kencang yang dipicu badai Cempaka, Banyumas mengalami kerugian hingga Rp 700 juta lebih. Dan itu, hanya terjadi dalam waktu sehari.

Kerugian terbesar dialami oleh para peternak ayam pedaging di sejumlah kecamatan dan rumah yang rusak akibat tertimpa pohon tumbang.

Komandan Taruna Tanggap Bencana (Tagana) Kabupaten Banyumas, Heriana Ady Chandra menerangkan, bencana angin kencang dan hujan lebat di Banyumas pula menyebabkan puluhan rumah penduduk rusak. Rata-rata tertimpa pohon tumbang.

Dampak cuaca buruk merata di puluhan desa enam kecamatan. Di antaranya di Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng dan Desa Sunyalangu, Kecamatan Karanglewas. Kemudian, Desa Sudimara, Kasegeran, Sokawera, Gununglurah, dan Desa Sambirata, Kecamatan Cilongok.

"Pohon tumbang menimpa rumah, sehingga menyebabkan kerusakan. Ada juga jaringan listrik yang tertimpa, sehingga dilakukan pemadaman," kata Chandra, Sabtu (2/11/2017).


Pemerintah Siaga

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengimbau masyarakat agar berhati-hati dalam beraktivitas, mengingat ekstremnya cuaca beberapa waktu terakhir.

"Saya mengimbau kepada masyarakat ini memang cuacanya sangat ekstrem. Jadi agar berhati-hati," kata Jokowi di Gelanggang Renang Gelora Bung Karno, Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Sabtu, 2 Desember 2017.

Dia meminta masyarakat agar terus meningkatkan kewaspadaan. Terlebih karena intensitas hujan lebat yang kerap kali disertai angin kencang juga gelombang tinggi di laut masih tinggi.

"Tingkatkan terus kewaspadaan karena cuacanya memang, sekali lagi, cuacanya ekstrem. Hujan lebat, angin kencang juga ada gelombang yang tinggi. Semuanya hati-hati," ujar Jokowi.

Jokowi mengaku sudah memerintahkan jajarannya khususnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI, Polri, Basarnas, kementerian/lembaga terkait, hingga pemda untuk mengantisipasi cuaca ekstrem ini.

"Saya sudah perintahkan kepada BNPB, TNI, Polri, Basarnas, kementerian yang terkait, pemda, semuanya untuk waspada dan membantu masyarakat apabila ada bencana secepat-cepatnya dan kita harus antisipasi dampak cuaca ekstrem ini, terutama pada produksi pangan," kata dia.

Meskipun, kata dia, sampai sekarang belum ada masalah terkait gangguan pasokan produksi pangan, hal itu harus tetap diantisipasi.

"Ini masih bulan Desember. Nanti masih ada bulan Januari," ujar Jokowi.

Jokowi pun menggarisbawahi pentingnya menjaga jalur-jalur logistik agar tidak terputus akibat bencana.

"Dan juga terutama jalur-jalur logistik jangan sampai putus karena adanya bencana. Ini juga harus betul-betul diantisipasi dan diwaspadai," tandas Jokowi.

Fenomena Baru

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan Siklon Tropis Cempaka dan Dahlia yang melanda sebagian wilayah Jawa merupakan fenomena alam baru di Tanah Air.

"Memang yang namanya Siklon Cempaka dan Dahlia itu sesuatu yang baru yang terkonfirmasi kepada kita semua," kata Khofifah usai mengunjungi lokasi pengungsi banjir dan tanah longsor di Balai Desa Kebonagung Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (2/12/2017).

Hal ini, lanjut Mensos, harus menjadi bagian dari pembelajaran dan pengalaman bahwa wilayah Indonesia memungkinkan hal baru terkait alam sehingga harus menyiapkan berbagai langkah-langkah antisipasi dan mitigasi yang detail.

Mensos menjelaskan, hujan intensitas tinggi dengan kekuatan angin pada saat bersamaan sehingga timbul banjir bandang dan longsor terutama di wilayah Yogyakarta dan Pacitan itu teridentifiasi karena Siklon Tropis Cempaka.

"Nah itu bagian dari kemajuan IT (teknologi informasi) kita yang sudah bisa mendeteksi ada Siklon Tropis Cempaka dan Siklon Dahlia, kemudian juga melakukan mitigasi bagaimana meningkatkan kewaspadaan dan pemahaman kepada masyarakat," kata Khofifah.

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.