Kisah wanita kelahiran Jember 15 Mei 1985 itu diposting oleh sebuah pengguna akun facebook @Yuni Rusmini pada Rabu (20/12/2017). Dalam pengakuannya Nur mengaku, sejak bercerai dengan suaminya kehidupannya pun berubah total. Terlebih, ia memiliki dua anak yang jelas harus dinafkahi. Seiring berjalannya waktu, ia bertemua seorang warga Blitar yang bekerja sebagai sopir truk cabai.
Momen itu menjadi awal dirinya mengenali seluk beluk pekerjaan sopir truk cabai. Tanpa pikir panjang, wanita berparas manis itu memutuskan untuk mencoba peruntungannya sebagai sopir truk cabai. Cuaca panas maupun hujan, tak jadi penghalang baginya untuk terus menjalani pekerjaan itu demi menyambung hidup bersama kedua anaknya.
Nur mengaku, kerap membawa truk pengangkut cabai itu dari Jember ke Jambi hingga Palembang, bahkan sampai ke Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Suka duka pun dialaminya saat mengantarkan barang sampai ke tempat tujuan.
"Bahkan angkutan cabai dari Banyuwangi dari Situbondo saya angkut Mas. Suka dan duka harus dijalani di jalanan merasakan sedih jika harus ganti ban dan uang menipis tapi sesama sopir truk saling bantu padahal untuk makan di jalan harus menghemat takut solar habis," terang Nur.
Akan jauh lebih bahagia kata Nur, apabila sesama sopir Pantura saling berbagi tidak sombong dan selalu rendah hati. Menurutnya, itulah kunci kebahagiaan sesungguhnya.
“Terkadang sering tidak dibayar, dicaci maki orang. Karena membawa truk muatan cabai tidak mudah harus tepat waktu dan taruhannya nyawa kita. Nur bangga mas bisa membantu kaum kuliner yang cinta pedas," tandasnya.