Firdaus Ali, seorang ahli hidrologi dari Universitas Indonesia, mengatakan ada fenomena pemanasan global yang telah menyebabkan kenaikan di Laut Jawa dan gempa yang lebih sering terjadi.
Selain itu, penggunaan air tanah secara berlebihan dan pembangunan gedung bertingkat tinggi dan pesat di kota membuat Jakarta tenggelam.
Dia menambahkan, permukaan kota menurun 5 sampai 12 sentimeter (hampir 2 sampai 5 inci) per tahun.
Menurut laporan 21 Desember, daerah pesisir telah tenggelam setinggi 32 cm (12,5 inci) dalam beberapa tahun terakhir.
Hampir 40 persen wilayah Jakarta terletak di bawah air dan sebagian besar daerah yang terkena dampaknya berada di Jakarta Utara.
Situasi tersebut telah menyebabkan banjir tahunan selama musim hujan di Jakarta. Baru-baru ini banjir memakan waktu berhari-hari untuk mereda.
Firdaus meminta pihak berwenang membangun tembok lepas pantai di sekitar kota untuk mengatasi kesengsaraan air yang sering terjadi.
Pada bulan Maret 2017, pemerintah memulai pembangunan tembok laut di Muara Baru, Jakarta Utara. Namun, pembangunan tersebut menghadapi masalah saat bendungan tersebut pecah dan menyebabkan banjir pesisir di lingkungan sekitar.
Proyek dinding laut sepanjang 4,5 kilometer (panjang 15 kilometer) terbagi dua lokasi di Jakarta Utara. Lingkungan Muara Baru akan memiliki penghalang 2,3 km (1,75 mi) yang melindunginya dari laut dan 2,2 km lainnya (1,64 mil) akan dipasang di lingkungan Kalibaru. Sejauh ini, sekitar 2,6 km (1.10 mil) konstruksi tembok telah selesai.