EKSKLUSIF: Pemakaian Listrik Cuma Sedikit Tapi Tagihan Selangit

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI ‑ Wardiah (45) tak punya pilihan lain. Mau tak mau dia harus rela membayar listrik lebih mahal dari sebelumnya.

Warga Perumahan Kotabaru Indah, RT 66, Kelurahan Kenali Besar, Kecamatan Alam Barajo ini, merasa tagihan listriknya tak sesuai dengan pemakaian.

Hal ini ia sampaikan kepada Tribun, pekan lalu, di kediamannya. Ia mengungkapkan, tagihan listrik mulai membengkak sejak 10 tahun silam, tepatnya tahun 2007 awal.

Dia bersama suami dan seorang anaknya mulai menempati rumah itu sekira Januari 2006.

Waktu itu, diceritakannya, tagihan listriknya sekira Rp 90 ribu-Rp 100 ribu per bulan. "Pemakaian kami selalu wajar. Hanya menggunakan lampu, TV dan peralatan dapur lainnya," ujarnya.

Hingga memasuki tahun pertama, tagihan listriknya membengkak menjadi tiga kali lipat bayaran dari biasanyan. "Dari Rp 100 ribu per bulan, menjadi Rp 250 ribu‑Rp 300 ribu," lanjutnya.

Ia syok saat melihat struk tagihan listriknya. Ia masih berpikir, dengan bayaran yang meroket tiga kali lipat tak sesuai dengan pemakaian yang menurutnya hemat.

"Pemakaian kami sehari‑hari tak banyak. Jam 21.00 malam kami sudah tidur. Paling lampu di luar rumah yang hidup," terangnya.

Namun, dirinya tak melakukan protes saat itu kepada pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN). Hingga KWH meter listrik itu tiba‑tiba telah berganti menjadi model terbaru, sekira akhir 2016 lalu.

"Tiba‑tiba ampere listrik sudah diganti. Kami serumah terkejut. Waktu itu memang orang serumah pada pergi ke luar," ungkap Wardiah.

Saat itu, dia merasa sedikit waswas dengan amper model baru itu. Lantaran lampunya yang selalu berkedip.

Menurutnya, dengan diganti amper yang baru, akan mengubah tarif pembayaran listrik per bulannya. Namun nyatanya tidak.

Awal 2017, pembayaran sempat stabil, katanya. Sekira Rp 150 ribuan. Besaran itu berlangsung hingga bulan Juni sekira Rp 144 ribu.

"Tapi semuanya berubah pada bulan Juli. Tagihannya jadi Rp 338 ribu. Pikir saya, apa yang kami pakai di rumah ini. Kok naik dua kali lipat bayarnya," katanya. Padahal rumah itu tanpa menggunakan AC dan mesin cuci.

Hingga bulan berikutnya, Agustus tagihan pun masih Rp 342 ribu. "Pas September yang begitu mengejutkan. Kami bayar Rp 446 ribu," ujarnya.

Saat itulah dirinya langsung komplain ke pihak PLN. Katanya, pihak PLN mengatakan ada beberapa kesalahan dari pihaknya saat melakukan pemasangan dan pemotretan amper baru tersebut.

"Kata mereka selebihnya memang pemakaian (listrik;red) kami yang sesuai dengan tagihannya," katanya sambil menunjukkan struk bulan Oktober sekira Rp 370 ribu.

"Ini (Bulan Oktober; red) hanya turun sekirar Rp 50 ribu," lanjutnya.

Mengapa bisa terjadi demikian? Bagaimana penjelasan dari PLN? Apa penyebab pembayaran membengkak?

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.