Pria itu memprediksi sebuah tsunami dahsyat akan terjadi pada akhir 2017.
Menurut Express, Senin 6 November 2017, dalam surat yang ia dikirim pada bulan September, pria bernama Babu Kalayil tersebut memperingatkan gempa dahsyat dapat mengguncang Samudera Hindia pada bulan Desember.
Gempa itu disebut-sebut akan memicu tsunami besar dan juga mempengaruhi tujuh negara di Asia, termasuk Pakistan, India dan Indonesia.
Sementara media massa di India mungkin menertawakan peringatannya, nampaknya pemerintah Pakistan tidak memandang ringan surat peringatan itu.
Berkaitan dengan hal tersebut, para pejabat telah memulai persiapan untuk menghadapi potensi bencana alam itu.
"Di Samudra Hindia akan ada gempa yang terjadi sebelum 31 Desember 2017.
Gempa yang kuat ini bisa tersebar ke seluruh pesisir kawasan kontinental Asia. Apalagi efek ini bahkan akan menggantikan batas pantai laut," tulis Kalayil dalam suratnya.
Surat tersebut kemudian memperingatkan bahwa 11 negara Asia dapat terkena dampak gempa tersebut, termasuk China, India, Jepang, Nepal, Indonesia dan Afghanistan.
Sekarang, surat lain tengah diributkan di media sosial.
Surat yang dibuat Otoritas Rehabilitasi dan Rekonstruksi Gempa (ERRA) Pakistan dan ditandatangani wakil ketua, dituduh telah memerintahkan prosedur operasi standar (SOP) mengenai penanganaan masalah tersebut segera dipersiapkan.
Surat itu keluar akibat akibat surat peringatan pria dengan 'indera keenam' itu.
Surat kedua dari ERRA tampaknya menunjukkan bahwa prediksi absurd telah dianggap serius oleh pejabat di Pakistan.
Surat dari ERRA berbunyi: Laporan Informasi telah diterima dari DG, Inter-Services Intelligence, tentang kemungkinan terjadi gempa berskala besar, seperti yang diperkirakan di Samudra Hindia dalam waktu dekat yang dapat dengan cepat menggoyahkan benua Asia, termasuk Pakistan.
Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk membuat kepekaan memperhatikan kerja departemen agar terus berjaga dan menangani bencana alam. SOP akan diajukan ke wakil ketua ERRA pada hari Senin, 6 November 2017.
Menurut BBC, tidak ada dasar ilmiah untuk prediksi ini karena tidak ada teknologi semacam itu yang tersedia di dunia yang dapat melaporkan gempa lebih dari 15 detik sebelum menyerang.
"Prediksi ini memang tidak memiliki pembenaran ilmiah, walaupun demikian, kami sedang mempersiapkan diri untuk menyelamatkan diri dari dampaknya. ERRA juga memulai pekerjaannya dengan menulis surat peringatan," terang Kepala Departemen ERRA Dr Ghulam Rasool kepada BBC.
Dia menambahkan, tidak mungkin untuk memprediksi gempa bumi, namun tidak berarti hal itu tidak akan mungkin terjadi di masa depan.
Dia berkata: "Oleh karena itu, kita tidak boleh mengabaikan informasi tersebut dan harus mempersiapkannya karena ada ancaman gempa bawah laut di daerah ini dan juga ada sejarah getaran di masa lalu."
Lepas dari benar atau tidaknya ramalan itu, persiapan yang dilakukan pejabat pemerintah bisa dimaklumi jika tetap dilakukan. Mereka tentu tak mau disalahkan jika ramalan itu benar-benar terjadi..
Namun, prediksi tersebut kini dibantah oleh BMKG.
dilansir dari Kompas.com , Melalui keterangan pers yang dikirim oleh Deputi Bidang Geofisika BMKG, Daryono, kepada Kompas.com, Rabu (8/11/2017), dia menegaskan bahwa ramalan tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
"Hal itu karena cakupan dampak bencana yang disebutkan sangat luas dan sulit diterima dalam konsep ilmu kegempaan (seismologi)," tegasnya.
Dia mengatakan, Indonesia merupakan wilayah aktif yang sering mengalam gempa bumi. Aktivitas (gempa bumi) ini dapat terjadi kapan saja dalam berbagai kekuatan.
Terkait dengan hal tersebut, BMKG sendiri tidak pernah mengeluarkan informasi prediksi gempa bumi jauh-jauh hari.
"Hingga saat ini, belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi dengan tepat (kapan, di mana, dan berapa kekuatannya)," jelasnya.
Untuk itu, Daryono menghimbau agar masyarakat tidak mudah terpancing dengan isu yang beredar.
"Apabila ingin mengetahui lebih jelas terkait gempa bumi dan tsunami, (Anda) dapat menghubungi contact center di 021-6546316 atau website resmi di www.bmkg.go.id," terangnya. (*)