Itulah mengapa ucapan 'manusia boleh berencana, tapi Tuhan yang menantukan' terus terngiang di pikiran.
Ya, bisa saja hari ini kamu merasakan suka cita, tapi esok hari kamu sudah dirundung duka.
Baru-baru ini peristiwa tak terduga dialami oleh seorang yang diketahui bernama Nita Kussumadewi.
Melalui akun Facebook, ia menceritakan pengalamannya yang menyentuh hati nurani.
Status ini diunggah Nita pada Senin, 6 November 2017.
Kala itu, Nita baru saja berteduh di sebuah rumah kosong yang diketahui terletak di Denggung, Tridadi, Sleman.
"Sore ini saya berteduh di sebuah rumah yang sepertinya tidak ada penghuninya. Kebetulan beberapa orang juga berteduh di tempat yang sama karna hujan cukup deras," tulis Nita di Facebook.
Ia melanjutkan:
"Setelah memarkirkan motor dengan posisi yang tepat, ternyata di sebelah saya ada seorang Bapak tua yang membawa 2 lukisan besar, yang di tali menggunakan tali rafia."
"Selang beberapa lama, orang orang di sekitar saya yang tadinya berteduh, memutuskan untuk melanjutkan perjalanan."
"Tadinya saya juga mau langsung melanjutkan perjalanan karna di kejar waktu, tapi, setelah melihat Bapak ini sendirian disini, entah kenapa hati kecil saya seakan memerintah saya untuk tetap berada disini."
"Ternyata benar.. hujan kembali mengguyur dengan derasnya, yang akhirnya membuat saya kembali berteduh di tempat yang sama."
Ya, Nita yang tadinya sempat ingin bergegas pergi, mendadak mengurungkan niatnya.
Bahkan karena mengikuti kata hatinya, Nita bisa menghindari hujan deras dan terlibat percakapan yang menyentuh bathin.
"Sambil menunggu, saya iseng bertanya kepada Bapak tadi. Kurang lebih begini percakapan nya.."
"Saya : Bapak, ini lukisan Bapak?
Bapak : iya.. saya jual..
Saya : Oh di jual ya.. Maaf Bapak jika pertanyaan saya sedikit lancang, Bapak nasrani? Kok lukisan nya begini (gambar Tuhan Yesus di perjamuan terakhir)
Bapak : saya Islam.. kakak kakak saya yang nasrani.. di keluarga saya, cuma saya yang islam.. saya itu nggak memandang apa agama saya kok mbak.. saya pengen gambar apa ya saya gambar saja.. dirumah itu banyak gambaran saya.. ada yang Tuhan Yesus waktu masih di kandang.. ada yang Tuhan Yesus masih kecil.. ada yang Tuhan Yesus pakai mahkota duri..
Saya : Terus ini Bapak biasa jualnya dimana ?
Bapak : ya muter mbak.. kemana saja yang penting saya keliling saja.. supaya laku..
Saya : Bapak jual ini naik apa?
Bapak : Jalan kaki..
Saya : Jalan kaki? Bapak rumahnya mana kok jalan kaki ?
Bapak : Rumah saya di Medari (Sleman).. ya sudah biasa kok.. biasanya jalan dari rumah ke kota.. supaya cepat laku.. pernah juga sampai Delanggu.. Wirobrajan.. karna sudah beberapa hari ini nggak laku lukisan saya..
Saya : Sejauh itu pak?
Bapak : iya.. ya gimana mbak.. saya butuh uang untuk menghidupi keluarga..
Saya : Bapak, kalau Bapak berkenan, saya ingin membantu Bapak dalam bentuk mempromosikan lukisan Bapak di sosial media.. Bapak berkenan? Kalau boleh, saya mau ambil foto lukisan Bapak dan nomor yang bisa di hubungi.
Bapak : boleh sekali mbak.. silahkan.."
Nita mengaku terlibat lebih banyak pembicaraan dengan bapak tersebut, namun ia tidak bisa membagikan semuanya di Facebook karena terlalu banyaknya percakapan.
Nita masih melanjutkan:
"Yang jelas, Gusti Yesus sudah menampar saya melalui Bapak ini. Setelah tau bagaimana latar belakang Bapak ini, dan bagaimana perjuangan dia dalam membiayai keluarganya, serta bagaimana dia memposisikan diri hidup di tengah tengah keluarga yang sebagian besar Nasrani, saya nangis sampai Bapak ini merangkul dan menenangkan saya.."
"Lucu nya, Bapak ini malah yang menyemangati saya supaya saya menjadi wanita yang kuat dalam menghadapi cobaan apapun di dunia.."
"Beliau mengajarkan banyak hal kepada saya, agar saya lebih bersyukur dengan apa yang saya punya sekarang. Saya malu sekali nangis di depan Bapak ini."
"Secara, tadinya saya yang kasian dengan Bapak ini karna sudah seharian keliling Jogja membawa lukisan yang berat dan besar, kehujanan, kepanasan, dan nggak laku sama sekali, tapi malah saya yang nangis kejer didepan Bapak ini."
"Hal yang dikatakan beliau untuk saya yang tidak akan pernah saya lupa: 'Semangat terus.. Jika ada sesuatu, berdoa dan memintalah pada Gusti Yesus.. Gusti Yesus tidak akan pernah membiarkanmu berjalan sendirian.. Jangan sungkan main ke rumah. Kita bisa saling menguatkan disana. Ada istri saya, anak, cucu. Anggap kita keluarga baru, saya anggap kamu anak ku.'"
Sebelum pamit Nita juga memberikan semangat untuk bapak tersebut.
"Terakhir, saat saya mau pamit, tidak lupa saya menyemangati Bapak ini..
Lalu di jawab dengan 'Saya anggap saya sedang memikul salib.. sama seperti Gusti Yesus.' padahal beliau memeluk agama Islam, semakin nangis, tapi tak ampet.. karna irung udah buntet.."
Nita pun merasa perlu memberikan sesuatu atau melakukan aksi nyata pada bapak penjual lukisan itu.
"Untuk teman teman Facebook saya, bolehkah saya meminta tolong? Setidaknya bantu share saja. Karna saya sendiri juga hanya bisa membantu Bapak ini dengan memberi sesuap nasi saja. Tidak bisa dengan cara membeli lukisan beliau."
"Mari kita bantu Bapak ini semampu kita bisa. Lukisan ini di jual dengan harga 400.000 , silahkan di share, siapa tau ada yang minat. Harga ada beberapa macam. Tergantung. Bisa request gambar. Jika ada yang berminat, boleh lewat saya, saya antarkan langsung ke rumah beliau."
Sampai tulisan ini dibuat, unggahan Nita itu sudah viral dan mendapat 2,1 ribu likes.
Bahkan sebanyak 2 ribu lebih netizen juga membagikan unggahannya tersebut.
Netizen pun tak ketinggalan ikut berkomentar.
Maxima Sripurnawati: Ijin share mbak.TETAP SEMANGAT
Davied Rizky Panggabean: Bisa dipesan ngak lukisannya ini..
Dwi Ratna Sarashvati: Inilah fungsi media sosial. Kita harus mencontoh mbak Nita. Menyebar berita, membantu sesama. Terima kasih sudah menginspirasi.
Berikut adalah contoh lukisan yang dijual oleh bapak tersebut.
Lewat unggahan Nita, kita juga bisa mengetahui bahwa nama dari bapak pelukis itu adalah Joko Setiawan.